Sebagai pembicara dalam acara ini adalah :
- Adisuryo Abdillah (Balai Bendungan – PU), yang menjelaskan hasil kajian awal gelogi teknik terhadap keruntuhan tanggul Situ Gintung.
- Aldrin Tohari (Geoteknologi – LIPI), yang telah menyampaikan data dan informasi lapangan setelah keruntuhan tanggul Situ Gintung, serta menjelaskan mekanisme runtuhnya tanggul tersebut.
- Alwin Darmawan (Pusat Lingkungan Geologi – Badan Geologi), yang mengulas aspek tata ruang atas kejadian bencana Situ Gintung.
- Herry Purnomo (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi – Badan Geologi) yang memaparkan hasil penyelidikan dan evaluasi kejadian bencana Situ Gintung.
- Imam A. Sadisun (Teknik Geologi FITB – ITB), yang menjelaskan berbagai dugaan penyebab keruntuhan tanggul Situ Gintung
- Tanggul Situ Gintung merupakan pada mulanya merupakan salah satu jenis situ yang terbentuk secara alamiah. Tanggul dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan volume genangan, berupa urugan tanah laterit lempung lanauan yang dipadatkan (earth dam), berwarna coklat kemerahan, plastisitas sedang-tinggi, konsistensi kaku-sangat kaku, dengan jejak lapisan pemadatan yang masih dapat diamati di lapangan (meskipun tidak begitu jelas).
- Batuan dasar tanggul Situ Gintung berupa endapan aluvial volkanik Kuarter, terutama terdiri dari batupasir kerikilan, berwarna coklat - coklat keabuan, berlapis baik, dengan arah perlapisan yang cukup bervareasi dan beberapa indikasi adanya struktur cross bedding di antara perlapisan tersebut.
- Berbagai data dan informasi telah mengindikasikan faktor-faktor penyebab keruntuhan tanggul (dam failure) Situ Gintung, yaitu :
- Erosi di kaki tanggul bagian hilir (downstream), baik oleh rembesan air yang keluar dari badan tanggul maupun oleh limpahan air dalam kondisi genangan air melebihi level maksimumnya (overtopping).
- Overtopping akibat kenaikan air yang relatif cepat dan dalam volume air cukup besar menyebabkan erosi di kaki tanggul semakin parah, terutama oleh adanya proses bottom scouring pada bagian tersebut.
Adanya erosi buluh (piping erosion) di kaki tanggul perlu dikaji lebih lanjut, karena adanya endapat situ yang cukup tebal (mencapai > 0,5 m) di bagian paling hulu kemungkinan dapat menjadi penghalang alamiah (natural clay blanket) terbentuknya erosi ini, meskipun batuan dasar tanggul tersusun atas pasir yang relatif tidak kompak (kekompakan buruk) dan rentan terhadap erosi. - Faktor-faktor di atas diperparah oleh :
- Curah hujan yang sangat tinggi sebelum terjadinya keruntuhan tanggul, mengakibatkan proses overtopping yang tidak hanya melewati saluran pelimpah (spillway), namun juga melewati mercu tanggul, sementara pintu air pembuang (outlet) tidak berfungsi sama sekali.
- Level maksimum genangan akan lebih mudah tercapai karena oleh adanya pendangkalan situ yang berakibat pada berkurangnya kemampuan/daya tampungnya.
- Badan tanggul telah mengalami kerusakan karena sebagian lereng hilir digali (di sebelah kiri spillway) dan selanjutnya dibangun rumah. Galian tersebut bahkan membentuk lereng tegak (vertikal) dengan ketinggian bervariasi mulai 1 m - 2 m.
- Mekanisme keruntuhan tanggul berupa retrogressive failure, diawali oleh adanya keruntuhan (failure) di kaki tanggul bagian hilir (downstream), yang terus berkembang ke atas sepanjang spillway dan menyebabkan adanya longsoran yang lebih besar lagi hingga pada akhirnya keseluruhan badan tanggul di sekitar konstruksi spillway tersebut runtuh.
- Adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan permukiman, terutama di bagian hilir (tanggul) situ, mengakibatkan bencana yang sangat dasyat. Alih fungsi lahan melanggar ketentuan kawasan perlindungan setempat untuk kawasan sekitar danau atau waduk, yaitu daratan berkisar antara 50-100 m dari titik pasang air tertinggi.