Jumat, 10 April 2009

Acara “Diskusi Terbatas IAGI tentang Keruntuhan Tanggul Situ Gintung” telah terlaksana dengan baik dan lancar (di Auditorium Museum Geologi, Badan Geologi, Bandung, 7 April 2009). Acara ini ternyata cukup banyak mendapat perhatian dari para anggota IAGI, bukan hanya yang berada di Bandung, tercatat beberapa Rekan dari Jakarta dan Semarang juga hadir. Acara didahului oleh sambutan Sekretaris Badan Geologi dan Sekjen IAGI. Antusiasme peserta untuk berdiskusi sangat tinggi, sehingga acara yang semula direncanakan berakhir jam 5 sore, “terpaksa” diperpanjang sampai jam 6 sore.

Sebagai pembicara dalam acara ini adalah :

  • Adisuryo Abdillah (Balai Bendungan – PU), yang menjelaskan hasil kajian awal gelogi teknik terhadap keruntuhan tanggul Situ Gintung.
  • Aldrin Tohari (Geoteknologi – LIPI), yang telah menyampaikan data dan informasi lapangan setelah keruntuhan tanggul Situ Gintung, serta menjelaskan mekanisme runtuhnya tanggul tersebut.
  • Alwin Darmawan (Pusat Lingkungan Geologi – Badan Geologi), yang mengulas aspek tata ruang atas kejadian bencana Situ Gintung.
  • Herry Purnomo (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi – Badan Geologi) yang memaparkan hasil penyelidikan dan evaluasi kejadian bencana Situ Gintung.
  • Imam A. Sadisun (Teknik Geologi FITB – ITB), yang menjelaskan berbagai dugaan penyebab keruntuhan tanggul Situ Gintung
Beberapa hal penting dari hasil diskusi ini antara lain :

  • Tanggul Situ Gintung merupakan pada mulanya merupakan salah satu jenis situ yang terbentuk secara alamiah. Tanggul dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan volume genangan, berupa urugan tanah laterit lempung lanauan yang dipadatkan (earth dam), berwarna coklat kemerahan, plastisitas sedang-tinggi, konsistensi kaku-sangat kaku, dengan jejak lapisan pemadatan yang masih dapat diamati di lapangan (meskipun tidak begitu jelas).
  • Batuan dasar tanggul Situ Gintung berupa endapan aluvial volkanik Kuarter, terutama terdiri dari batupasir kerikilan, berwarna coklat - coklat keabuan, berlapis baik, dengan arah perlapisan yang cukup bervareasi dan beberapa indikasi adanya struktur cross bedding di antara perlapisan tersebut.
  • Berbagai data dan informasi telah mengindikasikan faktor-faktor penyebab keruntuhan tanggul (dam failure) Situ Gintung, yaitu :
    • Erosi di kaki tanggul bagian hilir (downstream), baik oleh rembesan air yang keluar dari badan tanggul maupun oleh limpahan air dalam kondisi genangan air melebihi level maksimumnya (overtopping).
    • Overtopping akibat kenaikan air yang relatif cepat dan dalam volume air cukup besar menyebabkan erosi di kaki tanggul semakin parah, terutama oleh adanya proses bottom scouring pada bagian tersebut.
      Adanya erosi buluh (piping erosion) di kaki tanggul perlu dikaji lebih lanjut, karena adanya endapat situ yang cukup tebal (mencapai > 0,5 m) di bagian paling hulu kemungkinan dapat menjadi penghalang alamiah (natural clay blanket) terbentuknya erosi ini, meskipun batuan dasar tanggul tersusun atas pasir yang relatif tidak kompak (kekompakan buruk) dan rentan terhadap erosi.
  • Faktor-faktor di atas diperparah oleh :
    • Curah hujan yang sangat tinggi sebelum terjadinya keruntuhan tanggul, mengakibatkan proses overtopping yang tidak hanya melewati saluran pelimpah (spillway), namun juga melewati mercu tanggul, sementara pintu air pembuang (outlet) tidak berfungsi sama sekali.
    • Level maksimum genangan akan lebih mudah tercapai karena oleh adanya pendangkalan situ yang berakibat pada berkurangnya kemampuan/daya tampungnya.
    • Badan tanggul telah mengalami kerusakan karena sebagian lereng hilir digali (di sebelah kiri spillway) dan selanjutnya dibangun rumah. Galian tersebut bahkan membentuk lereng tegak (vertikal) dengan ketinggian bervariasi mulai 1 m - 2 m.
  • Mekanisme keruntuhan tanggul berupa retrogressive failure, diawali oleh adanya keruntuhan (failure) di kaki tanggul bagian hilir (downstream), yang terus berkembang ke atas sepanjang spillway dan menyebabkan adanya longsoran yang lebih besar lagi hingga pada akhirnya keseluruhan badan tanggul di sekitar konstruksi spillway tersebut runtuh.
  • Adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan permukiman, terutama di bagian hilir (tanggul) situ, mengakibatkan bencana yang sangat dasyat. Alih fungsi lahan melanggar ketentuan kawasan perlindungan setempat untuk kawasan sekitar danau atau waduk, yaitu daratan berkisar antara 50-100 m dari titik pasang air tertinggi.
Hasil-hasil ini akan terus dikembangkan dan dirumuskan secara lebih baik lagi (termasuk rekomendasi) menjadi suatu “Kontribusi IAGI terhadap Peristiwa Keruntuhan Tanggul Situ Gintung” dan segera akan disampaikan kepada pihak-pihak terkait. Terima kasih atas atensi dan kepedualian Rekan-Rekan IAGI atas peristiwa keruntuhan tanggul Situ Gintung ini.


Sabtu, 04 Oktober 2008

SBY memberikan pembekalan kepada peserta Gladian Panji Geografi

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Sabtu, 1 November 2008 memberikan pembekalan dalam acara penutupan Gladian Panji Geografi di Situ Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat. Dalam pembekalannya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, Indonesia yang secara geografi berada pada pertemuan 3 lempeng utama yaitu lempeng Eurasia, Australia dan Pasifik yang menjadikan wilayah kita rawan bencana alam yang disebut dengan istilah living on the edge. Selain itu , wilayah Indonesia juga rawan akan bencana gunung api yang memanjang mulai dari Aceh hingga Sulawesi dan dari Nusa Tenggara hingga Papua yang dikenal dengan istilah ring of fire. Disamping rawan akan bencana, kita juga dianugerahi kekayaan alam yang sangat besar baik di dasar laut, dalam tanah serta permukaan tanah. Kemudian lanjut Presiden dalam membangun negara ini kita juga harus memiliki modal kepribadian yang kokoh dan berkarakter kuat dalam menghadapi tantangan masa depan. Terkait dengan pembangunan kepribadian yang kokoh dan berkarakter di perlukan pelatihan-pelatihan.



Pelatihan bagi relawan tangggap bencana digelar sejak tanggal 28 Oktober dan ditutup pada Hari Sabtu, 1 November 2008 yang diikuti perwakilan organisasi pencinta Alam, SAR, dan lainnya. Kontribusi BAKOSURTANAL dalam pelatihan ini memberikan materi mengenai Konsep Dasar Pemetaan yang diberikan oleh Kepala Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan, Edwin Hendrayana, Panduan membaca peta dengan menggunakan peta Rupabumi Indonesia, penggunaan GPS oleh Joni Efendi dan Yofri Furqani Hakim. Selain teori di kelas juga diberikan praktek GPS di lapangan yang diberikan oleh Team dari BAKOSURTANAL. Materi lainnya Mengenai Bumi Indonesia (T. Bachtiar dari Masyarakat Geografi Indonesia), Pandangan umum tentang Bencana (T. Wahyu dari Wanadri), Pemahaman Karakteristik Bencana (Imam Sadisun dari Mitigasi Bencana ITB)....
baca selengkapnya

Kamis, 06 Maret 2008

Honorary Engineering Geologist

Setelah menunggu sekian lamanya, IAGI akhirnya meluncurkan kembali beberapa sertifikat ahli, yang kali ini diberikan kepada para anggota Dewan Sertifikasi IAGI. Pemberian sertifikat ini dilangsungkan pada acara gala dinner di Campus Center ITB, 1 Maret 2008, sebagai bagaian dari rangkaian acara Workshop Nasional Migas oleh BP MIgas - LAPI ITB - IAGI. Untuk proses sertifikasi berikutnya, IAGI berharap kepada para anggota Dewan Sertifikasinya untuk dapat lebih produktif lagi menghasilkan ahli-ahli geologi yang bersertifikasi.



Dalam kesempatan ini, Dr. Eng. Imam A. Sadisun adalah salah seorang yang mendapatkan sertifikat dari IAGI, yaitu sebagai Ahli Kehormatan bidang Geologi Teknik (Honorary Engineering Geologist).

Sabtu, 01 Maret 2008

Antisipasi Bahaya Longsor

STV Bandung - Kejadian tanah longsor yang menimpa sebagian wilayah tanah air akhir-akhir ini, menjadi inspirasi bagi STV, salah satu stasiun TV di Bandung, untuk mengangkat topik "Antisipasi Bahaya Longsor" dalam suatu acara dialog khusus pada 4 Januari 2007 yang lalu. Dialog ini dikemas dalam acara berita sore "Daily Report", yang disiarkan antara pukul 16:30 - 17:30 WIB setiap harinya. Hadir dalam dialog ini adalah Dr. Eng. Imam A. Sadisun, seorang peneliti dari Kelompak Keahlian Geologi Terapan ITB.



Dalam kesempatan tersebut telah diulas beberapa hal yang terkait dengan topik tersebut
di atas, antara lain :

  • Faktor-faktor penyebab tanah longsor, yang bisa dibagi lagi dalam faktor kendali (pengontrol) dan faktor pemicu
  • Aktivitas-aktivitas manusia yang dapat memicu terjadinya tanah longsor
  • Tipe atau jenis tanah longsor yang banyak terjadi di Tanah Air
  • Potensi dan zonasi tanah longsor di Jawa Barat
  • Tanda-tanda sebelum (precursor) terjadinya tanah longsor
  • Usaha-usaha untuk mitigasi bencana tanah longsor, baik mitigasi struktural maupun non-struktural

Dari acara dialog ini, masyarakat, khususnya Jawa Barat, diharapkan dapat lebih mengenal dan paham dengan potensi bencana tanah longsor di sekitarnya. Lebih dari itu, masyarakat juga diharapkan dapat melakukan usaha-usaha antisipati terhadap potensi bencana tersebut.